Kesenian Tradisional Minangkabau

1. Pencak Silat

Pencak silat sebagai suatu permainan rakyat mempunyai dua peranan: sebagai permainan (pencak) dan sebagai seni bela diri (silat). Pencak, selain sebagai permainan, juga merupakan tingkatan dalam mempelajari silat. Pesilat disebut dengan pandeka (pendekar), sedangkan pemain pencak disebut anak silek (anak silat) karena yang memainkannya atau mempelajarinya ialah anak-anak dan remaja.
Pandeka memiliki etik “musuah pantang dicari, jikok basuo pantang dielakkan” (musuh pantang dicari, jika bertemu pantang dielakkan). Pandeka jarang sekali terlibat dalam sengketa, karena budaya saling segan di antara sesama pandeka. Jika ada keonaran, pandeka biasanya membiarkan anak didiknya untuk tampil menyelesaikan. Ini dimaksudkan sebagai metode pendidikan pendekar. Jika keadaan kritis, barulah pandeka turun tangan.
Silat diutamakan untuk pertahanan, dengan jurus utamanya tangkok (tangkap) dan elak (mengelak). Jenis tangkok antara lain: tangkok (tangkap) dengan kedua tangan; kabek (ikat) dengan mengantukkan siku; dan kunci dengan menggunakan seluruh anggota badan. Sementara itu jenis elak diantaranya: elak (mengelak) dengan mundur, melompat, atau merungkuk; gelek (menepis tanpa menyerang) dengan menggerakkan bagian badan ke kiri atau ke kanan tanpa menggeser posisi berdiri; dan kepoh (tepis) dengan menepis serangan menggunakan tangan dan kaki.


2. Tarian Pencak
Pencak merupakan permainan yang dilakukan dengan memperagakan gerakan a la silat. Meski begitu, tidak seperti pencak silat, dalam tarian pencak para pemain tidak boleh saling bersinggungan dan gerakannya diikuti oleh bunyi-bunyian. Gerakan yang utama dalam tarian pencak adalah :
  1. Tari Sewah, yaitu tarian pencak yang menggunakan senjata sewah (senjata sejenis pisau yang panjangnya sekitar satu ela). Dalam tari pencak, senjata pun dilarang bersinggungan.
  2. Tari Alo Ambek, yaitu tarian yang dilakukan oleh dua orang dengan dua orang dampiang (pendamping) dan dua orang janang (juri). Bentuk penyerangan dalam tarian ini adalah dengan merebut pakaian lawan. Dampiang bertugas mengatur permainan dengan bernyanyi, sementara janang akan menilai keterampilan dua pemain tersebut. Kedua pemain pun dilarang bersentuhan secara fisik.
  3. Tari Galombang, yaitu tarian yang biasanya dilakukan dalam perjamuan atau acara-acara besar. Pemainnya terdiri dari puluhan laki-laki yang dibagi ke dalam dua kelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang tuo (tetua) yang bertugas memberi aba-aba. Setiap kelompok juga diiringi dengan bunyi-bunyian dari berbagai alat musik seperti talempong dan puput batang padi. Dua kelompok ini diibaratkan sebagai pasukan pengawal: satu kelompok sebagai pengawal tuan rumah dan satu kelompok lagi sebagai pengawal tamu utama yang diundang ke perjamuan.
3. Tarian Perintang
Tari perintang merupakan tari-tarian untuk kegembiraan dan pengisi waktu sehari-hari. Tarian ini biasa dilakukan pada musim-musim tertentu atau dalam acara-acara yang ramai, diantaranya:
  1. Tari Piring, dimana pada telapak tangan penarinya memegangi piring porselen. Penari menggunakan cincin di ujung jari tengahnya  untuk dijentikkan pada piring, sehingga menimbulkan bunyi ketika penarinya bergerak. Ada kalanya penari akan menari di atas jajaran piring, bahkan dengan unjuk kemampuan magis dengan menari di atas pecahan-pecahan piring kaca. Lazim pula untuk meletakkan lilin di atas piring ketika menari di malam hari.
  2. Tari Galuk, yaitu tari dengan menggunakan galuk (tempurung/batok) di kedua tangan.
  3. Tari Kabau Jalang, yaitu tari yang mengimprovisasi gerakan kerbau liar yang tengah menggila. Kedua tangan penari diacungkan lewat kepala membentuk tanduk kerbau, dengan nafas yang mendengus-dengus. Begitu liarnya hingga tidak jarang ada pemainnya yang kesurupan dan menyeruduk ke arah penonton, sehingga dengan sendirinya penonton sendiri terlibat aktif ke dalam tarian. Puncak dari tarian ini adalah ketika kerbau ini dikejutkan oleh seekor harimau (imajinasi) yang mengendap-endap ingin memangsa kerbau. Setelah pemain berkali-kali menghujamkan tanduknya ke tubuh harimau (yang wujudnya hanya udara kosong), maka pemain yang berperan sebagai kerbau mulai tenang hingga tari berakhir.
4. Randai
Randai dimainkan dengan membentuk legaran (lingkaran), sambil penarinya melangkah kecil-kecil dan bernyanyi bergantian. Sebelum menyanyi, mereka membuat gerakan pencak maju mundur untuk memperkecil lingkaran. Ada kalanya mereka menyepak, menerjang, atau memukul dengan tangan. Setiap gerakan dituntun dengan aba-aba berupa teriakan khas dari seorang goreh.
Mula-mula tukang dendang menyanyikan sepotong kisah atau pantun. Pada setiap akhir kalimat, penari akan mengulanginya secara beramai-ramai. Setelah itu mereka akan duduk dalam posisi membentuk lingkaran untuk beristirahat. Selama istirahat ini ditampilkan pertunjukan keterampilan dari penarinya masing-masing. Namun dalam perkembangannya, waktu istirahat ini digunakan untuk membawakan lakon-lakon yang kisahnya diadaptasi dari kaba atau cerita populer Minangkabau.


5. Gamat
Gamat merupakan jenis tari pergaulan yang biasanya dimainkan oleh laki-laki dan perempuan secara berpasangan. Sambil menari mereka akan bersahut-sahutan pantun. Jenis tariannya yang terkenal yaitu Tari Payung, Tari Selendang, dan Tari Sapu Tangan.

6. Tabut
Tabut merupakan permainan rakyat yang berkembang di daerah pesisir Minangkabau. Tabut ada hubungannya dengan Agama Islam mazhab Syiah. Tabut diperingati untuk mengenang terbunuhnya Husein, cucu Nabi Muhammad SAW dalam Perang Karbala. Dalam perang itu, kepala Husein dipenggal, lalu ditusuk dengan tombak untuk kemudian diarak-arak sambil menari-nari menyebut nama Husein. Konon seekor burung datang menyambar kepala Husein dan membawanya terbang ke langit.
Peristiwa tersebut diperingati setiap tanggal 10 Muharram dengan membuat arakan tabut. Terhitung sejak 1 Muharram, tanah sudah mulai diambil dari dasar sungai sebagai perlambang mengambil jasad Husein yang mati terbunuh. Tanah itu kemudian dimasukkan ke dalam periuk dan dibungkus kain putih, sebagai penggambaran mengafani mayat. Lalu periuk ditaruh pada sebidang tanah yang dilingkari kain putih seolah menyemayamkan jenazah pada benteng berdinding batu putih. Berikutnya dimulailah membuat tabut sebagai keranda untuk mengusung jenazah. Pada hari kelima tengah malam diambillah pohon pisang yang ditebas sekali pancung dengan pedang, sebagai lambang dari tindakan yang dilakukan putra Husein untuk membalas kematian ayahnya. Pada hari ketujuh dimulai mengarak jari-jari, yaitu semacam maket sebuah kubah yang dibuat dari kertas kaca dan bingkai bambu. Kertas itu digambari sepotong tangan dengan jari-jari terkembang. Di dalam maket dipasang lilin. Jari-jari itu diarak sambil menyanyikan lagu duka tentang kematian Husein. Arakan ini mengiaskan pengikut Husein yang sedang mencari dan memilih jari tangan dan serpihan jasad Husein yang dicincang musuh. Kemudian jari-jari ini akan disatukan dengan tanah ke dalam periuk. Hari berikutnya jari-jari itu diarak kembali sebagai simbol penemuan baru dari serpihan jasad Husein. Pada hari kesembilan dilanjutkan dengan mengarak surban Husein yang telah ditemukan. Pada puncaknya di hari kesepuluh, mulailah berkeliling diarak tabut yang berbentuk keranda dan di atasnya bertengger burung bersama dengan kepala manusia. Burung itu dinaungi semacam payung bertaburan bunga.
Tabut diusung oleh puluhan orang yang mengoyak-oyaknya sambil berteriak-teriak memanggil nama Husein. Di belakangnya mengiringi pemain debus yang menyiksa badan dengan menusuk-nusukkan besi runcing, pisau, atau rantai panas, dan bahkan membakar diri. Aksi ekstrem ini menggambarkan rasa penyesalan pengikut Husein atas kematian khalifahnya seolah hendak mengatakan mengapa harus Husein yang mati dan mengapa bukan mereka saja. Di belakang debus ini diikuti lagi oleh iring-iringan musik. Besoknya tabut diarak lagi untuk dibuang ke laut, namun dalam prosesi ini suasananya lebih syahdu.


CATATAN : Penjelasan ini dirangkum sepenuhnya dari tulisan A.A Navis yang berjudul Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau (Jakarta : Pustaka Grafitipers, 1986)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARATE LEMKARI BUKITTINGGI

The A-Team (REVIEW)

KULINER MINANGKABAU "RANCAK BANA"