Resensi Buku Populer : Mohammad Hatta Hati Nurani Bangsa



Judul buku   : Mohammad Hatta Hati Nurani Bangsa
Pengarang   : Dr. Deliar Noer
Penerbit      : Kompas
ISBN          : 978-979-709-633-5
Tebal Buku  : 182 Halaman

Hatta Hati Nurani Bangsa yang Tak Tergantikan
Dalam kata pengantar yang ditulis oleh Taufik Abdullah menceritakan, Hatta sempat berpidato di beberpa universitas di Eropa tentang tanah jajalan Hindia Belanda (Indologi) dan kemerdekaannya. Setelah pidatonya itu selesai, moderator acara tersbut berterima kasih pada Hatta. Sang sarjana baru itu pun mengatakan bahwa masa depan akan membuktikan kebenarannya.
Setelah kepindahannya ke Indonesia, pada 1949 Hatta kembali ke Belanda, tetapi bukan sebagai anak jajahan melainkan sebagai delegasi Indonesia untuk menerima pengakuan kedaulatan negerinya, suatu apologia bagi pemerintahan kolonial Belanda.
Langkah pertama Hatta dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa adalah melalui Perhimpunan Indonesia (PI) yang didirikan di Belanda. PI di bawah kepemimpinan Hatta merupakan pos terdepan di luar negeri bagi perjuangan di tanah air.
Selain itu, Hatta juga sangat giat memperkenalkan perjuangan Indonesia di luar negeri. Ia datang ke berbagai kongres di Eropa dengan membawa nama Indonesia bukan Hindia Belanda untuk menuntut adanya kemerdekaan bagi tanah air dan bangsa-bangsa Asia lainnya.
Pada masa penjajahan Jepang, Hatta sempat dicurigai karena isi pidato yang ia sampaikan dalam memperingati pecahnya Perang Pasifik, tetapi Hatta tetap berdiri teguh atas cita-cita semulanya. “Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda, dan karena itu ia tidak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan itu setajam-tajamnya. Bagi pemudia Indonesia, ia lebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dasar lautan daripada mempunyainya (Indonesia) sebagai jajahan orang lagi.”
Selain sejarah singkat tentang kehidupan Hatta dalam masa penjajahan dan pemerintahan, penulis juga menceritakan bagaimana ketaatan Hatta dalam urusan agama dan kedisiplinannya pada waktu. Hatta memang kaku dalam urusan waktu, baginya waktu sangat berharga. Maka ia tidak mau menggunakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.
Apalagi dalam urusan agama, ia juga sangat taat menjalankan ibadah. Meskipun tinggal di Belanda selama sepuluh tahun, tapi ia tetap menjaga salat dan puasanya. Halal dan haram makanan yang ia makan juga sangat  diperhatikan.
Di sisi lain, Hatta mampu menguasai diri dalam keadaan apa pun, banyak berpikir dengan tenang dalam memperhatikan suatu kejadian. Berdeda dengan Soekarno yang terdorong oleh emosi, namun ini yang membuat Hatta dan Soekarno saling melengkapi satu sama lain dalam era Dwitunggalnya.
Walaupun tidak selalu sepemikiran, Hatta dan Soekarno tetap dapat bekerjasama dengan baik. Tapi hal ini tidak berlangsung lama, pada 1956 Hatta mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Hatta menilai Soekarno sudah terlalu melenceng dari cita-cita awal mereka berdua.
Baginya kebijakan Soekarno membentuk Demokrasi Terpimpin, membubarkan DPR, dan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup menunjukan kediktatoran Soekarno yang ingin menguasai negara dan menodai cita-cita demokrasinya.
Padahal Hatta sudah sering mengingatkan Soekarno melalui surat-suratnya, namun tak mendapat sambutan dari Soekarno. Ia tak dapat berbuat banyak untuk menyadarkan kawan dwitunggalnya itu.
Hatta hati nurani bangsa
Buku ini menceritakan Hatta lengkap dengan cerminannya sebagai hati nurani bangsa. Hatta yang tak banyak berbicara, ternyata adalah sosok yang sangat memikirkan nasib rakyatnya. Bahkan sebelum mencapai kemerdekaan, Hatta sudah memikirkan bagaimana cara menyejahterakan rakyatnya.
Hatta hampir tidak pernah membicarakan dirinya sendiri sebagai pribadi yang tersembunyi dari “wilayah publik”. Ia terlalu rasional untuk mengungkapkan  perasaannya yang terdalam secara terbuka. Ia lebih  banyak memikirkan bangsanya, bagaimana caranya agar kesejahteraan rakyat benar-benar tercapai.
                Itu terbukti saat ia dinobatkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bahkan, sewaktu ia masih menjadi pelajar di Belanda, ia sudah memikirkan konsep koperasi untuk ditanamkan di Indonesia, walaupun saat itu masih jauh dari kenyataan merdeka.
Ia yakin bahwa koperasi mungkin akan mengangkat harkat dan martabat bangsa dalam bidang ekonomi. Hatta juga sering berkunjung ke daerah terpencil meninjau langsung rakyat dan memperhatikan kesejahteraannya.
Walupun sudah tak menjabat sebagi wakil presiden lagi, Hatta tetap aktif membatu pemerintah dan masyarakat sampai masa Orde Baru. Hatta juga sempat mengkritik pemerintahan Orde Baru dan diangkat sebagai dewan penasihat ekonomi. Tetapi ruang gerak dewan penasihat tidaklah banyak, itulah yang membuat ia tidak dapat melakukan apapun.
                Jika dibandingkan dengan pemerintah saat ini, tak ada sosok yang dapat menggantikan Hatta. Hatta yang religius, berpegang teguh pada keyakinannya sebagai muslim, dan berusah sekuat tenanga untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan serta kesejahteraan Indonesia.
                Lewat buku ini kita dapat bercermin pada Hatta, bagaimana ia memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankannya, juga usahanya dalam menciptakan kesejahteraan rakyat. Buku yang berisi biografi singkat Hatta ini, menceritakan kisah hatta mulai dari masa kanak-kanak sebagai anak Minang biasa, hingga menjadi tokoh nasional dan kembali menjadi warga biasa di akhir hidupnya.
                Buku ini juga dilengkapi oleh koleksi foto-foto Hatta yang cukup banyak. Mulai dari masa kanak-kanak hingga foto saat ulang tahunnya ke-70 tahun. Namun sayangnya, penulis kurang mengupas lebih dalam pemikiran-pemikiran Hatta tentang politik dan kehidupan pribadinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARATE LEMKARI BUKITTINGGI

The A-Team (REVIEW)

KULINER MINANGKABAU "RANCAK BANA"